Oleh: M.Saifun Salakim
Pagar mentimun di Pulau Keramba.
Dimana letak pulau itu tidak ada yang tahu. Kalau Pagar Mentimun, aku tahu. Daerah Pagar Mentimun terdapat di Kabupaten Ketapang. Letaknya yang tepat adalah di antara Pesaguan dan Kendawangan. Pagar Mentimun merupakan salah satu objek wisata pantai terkenal di Kabupaten Ketapang.
Selain nama Pagar Mentimun.
Aku juga mengetahui sebuah pulau yang tak pernah dijamah orang. Pulau itu adalah Pulau Gelanggang. Pulau Gelanggang bukanlah termasuk pulau yang dijadikan objek wisata laut.
Pulau Gelanggang ini kuangkat karena keunikan namanya dan kemenarikannya.
Jika sekiranya ada orang-orang yang memiliki jiwa bisnis dan mau mengelola pulau itu. Tidak menutup kemungkinan akan mendatangkan keuntungan yang besar dengan menjadikan pulau itu sebagai objek wisata yang digemari banyak pelancong atau turis untuk menikmati keindahan pulau itu. Pulau Gelanggang merupakan suatu pulau di tengah Sungai Kapuas yang terdapat dekat Batam-nya Pontianak. Pulau Gelanggang menurut cerita orang tua adalah tempat orang-orang yang mempunyai ilmu kesaktian yang diadu lanun dalam suatu pertarungan untuk menentukan siapa yang terkuat dan terhebat. Bahkan pertarungan itu harus berakhir dengan sebuah kematian.
Orang yang menjadi pemenang dalam pertarungan itu akan diambil lanun menjadi teman seperjuangannya dalam merompak kapal-kapal yang melintasi perairan yang menjadi daerah kekuasaannya.
Sampai sekarang pulau itu masih ada. Pulau itu tidak ada penghuninya. Karena di pulau itu masih tersisa tengkorak-tengkorak manusia yang mati dalam pertarungan. Pulau itu adalah sebuah pulau yang terlupakan. Pulau itu yang merupakan sebuah bukti sejarah bahwa Batam Pontianak memiliki tempat lanun bercokol.
Kalau penasaran ingin tahu pulau itu datang saja ke sana.
Tuesday, March 18, 2008
Pontianak, Kamis, 3 Januari 2008
Posted by SANGGAR KIPRAH at 9:53 PM 0 comments
Labels: Catatan Harian Seorang Penulis
Pontianak, Selasa, 1 Januari 2008
Oleh: M.Saifun Salakim
Mentari bersinar di atas kepala.
Menyadarkan kita untuk mengevaluasi diri. Membuat rencana ke depan. Bahwa tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin. Segala kekurangan di tahun yang lalu harus diperbaiki di tahun ini.
Mentari bersinar di atas bahu.
Menggerakkan kita untuk mengedikkan bahu. Menempatkan bahu pada kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan untuk mencerahkan kehidupan kita. Memikul tanggung jawab yang belum terselesaikan di tahun lalu yang harus dapat diselesaikan di tahun ini. Biar bahu kita tidak menjadi lelah dan bongkok. Karena beban kehidupan semakin berkurang dan kita bisa menikmati sebuah kesegaran tubuh.
Mentari bersinar di kedua belah tangan.
Memberikan penyadaran pada kita untuk dapat meraih atau menggapai sesuatu yang selalu kita idam-idamkan di tahun yang lalu pada tahun ini. Sesuatu yang kita idamkan itu membuat kita bahagia dan sentosa. Sesuatu yang membuat hidup kita selalu berarti.
Mentari bersinar di kedua belah kaki.
Memberikan kepercayaan pada kita untuk dapat melangkah ke depan dalam berbuat hal-hal yang positif. Meniadakan langkah kembali mundur kepada perbuatan yang tidak baik di tahun sebelumnya. Langkah untuk menatap kecerahan dan kesenangan di ujung akhir tujuan hidup kita.
Mentari bersinar di kedalaman hati.
Memberikan kepedulian pada kita untuk membersihkan hati dari kekotoran tahun sebelumnya agar hati menjadi bersih. Bila hati sudah bersih maka segala perbuatan akan menjadi mulia dan tulus.
Kalau ketulusan hati yang akan terpancar maka kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat akan tercapai.
Posted by SANGGAR KIPRAH at 9:50 PM 0 comments
Labels: Catatan Harian Seorang Penulis
K e r e t a
Oleh: M. Saifun Salakim
Menjerit peluit kereta menghampiri
Seakan kereta ingin membawa diri
Ke penjuru kereta-kereta untuk sampai ke stasiun
Akhirnya perhentian kereta di sana
Kereta pun rusak di tengah jalan
Membawa diri kepada kelaparan berkepanjangan
Mengantarkan jiwa kepada kehausan yang maha hebat
Menyisakan rel yang terlantar sendiri
Akhirnya kereta pun menutup jalan masuk diri
Ruang Kantor (Balber), 06032008
Posted by SANGGAR KIPRAH at 9:39 PM 0 comments
Labels: PUISI
Menerjemahkan Rindu
Oleh: M. Saifun Salakim
Bila kutahu
Bahasa air yang mengalir ke muara
Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan
Rindu ingin terbang seperti burung merpati
Dengan kesetiaannya
Mengantarkan amanat pengirimnya
Kepada orang yang ditujunya
Rindunya Leuser mengarungi laut luas
Menemui bidadari di ujung pulau impian itu
Menantang ombak dan badai yang mengganas
Untuk sampai di sana
Berbagi perasaan yang telah melepas sauh di hati
Bila kutahu
Bahasa bintang menerangi malam
Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan
Balber, 04032008
Posted by SANGGAR KIPRAH at 9:36 PM 0 comments
Labels: PUISI