Saturday, August 18, 2007

Dialog Kepala

by Wisnu Pamungkas

Sebuah kepala bertanya kepada kepala lainnya ketika mereka sama-sama sedang terbang malam.
“Hai kawan, apakah kau tak pernah memikirkan tubuhmu yang gendut itu?”
“Huss! Kalau bicara sopanlah sedikit kawan!? Bukankah sejak sebulan lalu kau copot dirimu dan diam-diam hinggap di tubuh punyaku yang kau bilang gendut itu.”
“He..he.., maaflah kawan…, sejak tubuhku yang kurus kerepeng dan tengik itu dipenjara, aku jadi tak punya pusara untuk sekadar istirah. Jadi aku pinjam body-mu dulu, sebulan saja ya…sampai kutemukan tubuh yang baru sebagai pasangan. Kau kan ada si Indon itu, tempat kamu selalu pulang. Jadi TST (Tahu Sama Tahu)-lah ya kawan? Lagi pula mereka kan cuma badan, bukan kepala seperti kita yang memang ditakdirkan untuk berfikir. Jadi suka-suka kita lah kan?”
Menjelang pagi, di sebuah rumah petak, sosok raga tanpa kepala tengah mengintai di balik pintu, dengan karung goni di tangan.
“Tunggu pembalasanku kepala sialan! Akan kujual engkau ke pasar loak,” makinya dalam hati. Ya, mengapa tidak? Orang di negeri ini sudah terbiasa menjual kucing dalam karung, nah kali ini pasti seru karena ia bisa menjual kepala dalam karung.
Sebenarnya sudah lama ia merencanakan balas dendam. Sejak mengetahui kalau dua kepala yang sangat dikenalnya itu sering sama-sama terbang malam saat pulang.
Untung lah, kedua kepala tengik tersebut tak sadar kalau sedang terperangkap dalam sebuah permaianan.


Purnama 02, 16 Agustus 2007

Thursday, August 16, 2007

MERDEKA

by: PRADONO
Merdeka adalah burung burung terbang tinggi
Merdeka adalah kicau satwa di hutan rindang
Merdeka adalah gemericik air mengalir
Merdeka adalah bocah manis pipis di ranjang
Merdeka adalah ..................................................
terangkat bongkah dari dada Bilal bin Rabbah

Merdeka adalah bebas lepas dan bahagia
Merdeka adalah milik sekalian makhluk
Merdeka adalah milik semua negeri
Merdeka adalah milik segala bangsa
Merdeka adalah hak asasi manusia
Merdeka untuk berkata dan bicara
Merdeka untuk berbuat dan bertanggung jawab

Berabad-abad negeri ini menanggung beban yang berat
menabur benih demi perut si tuan gendut
memetik pala demi kehangatan penyembah berhala
negeri ini mendaki dengan susah payah
demi selembar merah putih

Semua bicara tentang merdeka
semua menuntut kemerdekaan
negeri ini menuntut kemerdekaan
kemerdekaan yang terang benderang
kemerdekaan yang terjepit di batu karang penjajahan
kemerdekaan yang tertindas cadas keserakahan
kemerdekaan yang berderak di ketiak para perompak

Negeri ini menuntut kemerdekaan
kemerdekaan yang disekap para penjilat
kemerdekaan yang didekap para kolonial berambut gelap
kaum kerabat berjiwa khianat sanak saudara bermuka dua

Merdeka adalah kebebasan negeri ini
dari belenggu penjajah serakah
merdeka adalah kepuasan tiada tara
sorak sorai para jelata pekik bahagia para nestapa
merdeka adalah gegap gempita persada nusantara
merdeka adalah tembok kokoh bergeming
merdeka adalah kehidupan

Kita adalah anak anak merdeka
yang terlahir tanpa dosa
yang bergulir tanpa paksa
yang berpikir tanpa merasa

Semua bicara tentang merdeka
semua ingin hidup merdeka
bebas bercerita kepada sesama
bebas melangkah ke segala arah

Merdeka adalah desah napas tanpa lelah
merdeka adalah kebebasan keluar masuk markas
para pemeras dan penguras
merdeka adalah kebebasan menumpuk dasi
sementara para jelata kehilangan nasi

Merdeka adalah denting piring di gubuk miring
merdeka adalah tumpukan daging di tanah genting
merdeka adalah paduan suara melengking nyaring
Kemerdekaan adalah keletihan yang berkepanjangan
kemerdekaan tak lebih dari menunggu waktu kematian
kemerdekaan adalah kerelaan diam seribu bahasa
demi senyum para penguasa

Kita adalah anak anak merdeka
anak anak pelaku zaman
anak anak yang terancam kematian
anak anak yang menjadi maling budiman
anak anak yang menguras tuntas rumah mewah penjajah serakah

Merdeka adalah kepuasan tiada tara
merdeka adalah tonggak kebenaran tanpa bayang bayang penjara
merdeka adalah tanggung jawab yang tersangga di pundak manusia

Merdeka bukanlah kuda liar tanpa dokar
merdeka bukanlah perahu tanpa teraju
merdeka bukanlah kerja tanpa lelah
merdeka adalah titipan kehidupan dari Allah
merdeka adalah rahmat dari Allah
Merdeka dari segala merdeka

Negeri ini telah merdeka
terbebas dari napsu angkara murka
terlepas dari sanak saudara bermuka dua

Kita telah merdeka
kita bebas bersuara lepas tawa dalam cengkrama
tawa renyah bocah bocah dekap sayang ibu dan ayah
merdeka adalah cinta kasih umat manusia
merdeka adalah bahagia tanpa kata kata
bahagia berkat rahmat sang maha pencipta

Merdeka menghantar negeri ini menjadi bangsa yang mandiri
bebas mengatur rumah sendiri
rumah yang telah dirampok para pendatang berhati binatang
rumah yang dulu dihisap para benalu
rumah yang padat para penjilat dan saudara berjiwa khianat

Kita telah merdeka
negeri ini telah merdeka
merdeka negeri ini dengan merdeka atau mati
merdeka negeri ini dengan proklamasi
proklamasi yang menggugah diri untuk bercermin kembali
bahwa negeri ini berdiri di atas persatuan dan kesatuan
proklamasi sebagai pernyataan kemerdekaan yang dituntut
kemerdekaan yang menjadi hak semua negeri segala bangsa
kemerdekaan yang menjadi hak asasi manusia
hak untuk menjadi tuan di negeri sendiri
hak untuk hidup di tanah sendiri

Merdeka dari segala merdeka
adalah Allahu Akbar
ptk, 15885

Wednesday, August 8, 2007

LINTAS SEJARAH SANGGAR KIPRAH

by: Pradono

Bahtera KIPRAH meluncur pada 27 Agustus 1987, ketika beberapa mahasiswa baru FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak menyatukan minat, bakat dan potensi seni mereka melalui aktivitas OPSPEK Berkelanjutan selama dua semester.

PARA NAKHODA
Dalam rentang dua dekade hingga 2007, para nakhoda silih berganti memegang kemudi, yaitu: Uray Evianto (1987-1988), Asmayadi (1998-1999), Pradono (1989-1992), G. Hasmy Cipto G. (1992-1993), Eusabinus Bunau (1993-1994), Mustafa (1994); karena yang bersangkutan berhalangan maka kemudi diserahkan kepada Yufita (1994-1995). Selanjutnya Syamsul Bahar (1996-1997), Deki Triadi (1998-1999), Saripudin (1999-2000), M. Ridwan (2001-2002).

Setelah periode ini, kepengurusan mengalami kevakuman selama tiga periode (2002-2004). Di awal 2005, beberapa pendiri dan mantan ketua berembuk demi eksistensi Sanggar KIPRAH di ‘Kampus Oren’ FKIP. Maka diambillah keputusan untuk menunjuk Firmansyah (bukan Abang Firmansyah) sebagai caretaker sampai terpilihnya ketua baru Dian Tri Lestari (2005-2006). Dan terakhir yang menjadi ketua adalah Abang Firmansyah (2006-2007).

Para nakhoda KIPRAH beserta seluruh ABK-nya yang setia dengan pilihannya telah mengarungi samudera dan singgah di pulau-pulau seni menancapkan prasasti prestasi setelah melalui berbagai macam ombak dan badai. (to be continued….)