Monday, September 10, 2007

Embrio 2007 M. Saifun salakim

Judul : Harta Karun
Oleh : M.Saifun salakim

Aku lirih berucap.
“Mengapa kau datang meminta perlindungan padaku. Kamukan tahu bahwa aku adalah orang yang jelek, penyakitan, dan kata orang-orang aku adalah mahluk yang sombong. Kamu akan menyesal meminta perlindungan padaku.”
“Kamu jangan merendah. Di situlah letak kelebihanmu. Kamu dapat dipercaya, jujur, dan selalu mengagungkan cinta di atas segala. Aku percaya kamu bisa melindungiku.” Tandasnya ia menjawab omonganku.
Ia membuka sebuah peta jiwa. Dalam peta itu tertera letak-letak daerah yang menyimpan sebuah harta karun. Aku menyipit memandang letak peta tersebut.
Ia akan memintaku agar melindungi dirinya ketika serangan asing datang padanya selama perjalanan dalam mengambil harta karun itu. Ia ingin sekali memiliki harta karun itu.
“Kamu bisakan membantuku?”
Sejenak aku terdiam. Letak daerah di peta itu sulit dijangkau. Karena daerah itu adalah daerah kemisteriusan. Daerah itu selalu asing bagi pendatang. Daerah tertutup. Karena daerah itu pintu awal menuju kematian.
“Bagaimana teman, bisakan?” tegaskannya sekali lagi.
“Teman, aku mohon jangan kecewakan aku.”
Selintas burung merpati melintasi kami. Ia bersenandung.
“Harta karun itu selamanya tidak akan pernah kalian temukan dan dapatkan. Karena harta karun itu ada pada sifatku. Kalau mau harta karun itu kejarlah aku dan ambil sifatku dulu.”
Merpati itu terbang menjauh dari kami.
“Merpati, tunggu kami,” kata kami serempak
[Pontianak, 10092007 (16.55)]

0 comments: