by Wisnu Pamungkas
Sebuah kepala bertanya kepada kepala lainnya ketika mereka sama-sama sedang terbang malam.
“Hai kawan, apakah kau tak pernah memikirkan tubuhmu yang gendut itu?”
“Huss! Kalau bicara sopanlah sedikit kawan!? Bukankah sejak sebulan lalu kau copot dirimu dan diam-diam hinggap di tubuh punyaku yang kau bilang gendut itu.”
“He..he.., maaflah kawan…, sejak tubuhku yang kurus kerepeng dan tengik itu dipenjara, aku jadi tak punya pusara untuk sekadar istirah. Jadi aku pinjam body-mu dulu, sebulan saja ya…sampai kutemukan tubuh yang baru sebagai pasangan. Kau kan ada si Indon itu, tempat kamu selalu pulang. Jadi TST (Tahu Sama Tahu)-lah ya kawan? Lagi pula mereka kan cuma badan, bukan kepala seperti kita yang memang ditakdirkan untuk berfikir. Jadi suka-suka kita lah kan?”
Menjelang pagi, di sebuah rumah petak, sosok raga tanpa kepala tengah mengintai di balik pintu, dengan karung goni di tangan.
“Tunggu pembalasanku kepala sialan! Akan kujual engkau ke pasar loak,” makinya dalam hati. Ya, mengapa tidak? Orang di negeri ini sudah terbiasa menjual kucing dalam karung, nah kali ini pasti seru karena ia bisa menjual kepala dalam karung.
Sebenarnya sudah lama ia merencanakan balas dendam. Sejak mengetahui kalau dua kepala yang sangat dikenalnya itu sering sama-sama terbang malam saat pulang.
Untung lah, kedua kepala tengik tersebut tak sadar kalau sedang terperangkap dalam sebuah permaianan.
Purnama 02, 16 Agustus 2007
Saturday, August 18, 2007
Dialog Kepala
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment